SINICAPSA.COM

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia

SINICAPSA.COM

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia.

SINICAPSA.COM

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia.

SINICAPSA.COM

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia.

SINICAPSA.COM

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia.

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

Minggu, 30 April 2017

Aksi Threesome Antara Dua Murid Dan Guru Seksinya - AsliCeritaDewasa

Aksi Threesome Antara Dua Murid Dan Guru Seksinya - AsliCeritaDewasa.



Karenanya ia memanggil Anto untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya. Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Anto muncul. Ia langsung dipersilakan duduk. “Bu, Anto kangen lho”.


“Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Rina berkaca-kaca ketika mengucapkan itu. “Aaa-pa?..”, Anto tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Rina merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu.

“Tapi Anto masih boleh berkirim surat kan?”. Rina bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah, “Iya…, boleh…, boleh”. “Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa”, Rina mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar.

Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV. Diluar Anto meminum es teh yang disediakan Rina dan membiarkan pintu depan tidak terkunci.

Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi. Lalu Anto menyusul Rina ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene.

“Ganti pakaian itu Nto..”, Rina menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya. Ketika Anto sedang mencopot celananya Rina sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Anto juga tengkurap di samping Rina. “Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.


“Belum tuh…”, Mata Anto tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya. “mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”. “Thanx..”, Anto kemudian mengecup pipi gurunya. Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas.

Rina kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Anto. Anto kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Rina dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Anto kemudian menciumi tengkuk Rina, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat.

“aahh…” Setelah puas, Anto kemudian memberi isyarat pada Rina agar duduk di pangkuannya. “Bu, biar Anto yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Anto di telinga Rina. Rina yang telah duduk di pangkuan Anto pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.

“Akhh…”, Rina memejamkan matanya. “Anto…, jilatin vagina ibu…” Anto kemudian merebahkan Rina, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Anto kian bernafsu.

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

“oohh…, teruss…, teruuss…”, Rina bergetar merasakan kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan Anto dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda. “Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Anto menjilati pentil clitoris Rina, dengan penuh semangat. “Aduuhh.. ahhh. ahh..” “Anto…, massuukk”.

Kaki Rina kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Rina yang becek. “mm…”, Rina menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk. “Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Anto sambil meringis memaju mundurkan penisnya.

Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Rina mempermainkan puting Anto. Dengan gemas dicubitnya hingga Anto berteriak. “Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Anto makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.

“aa…”. Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Rina terkejut, tapi tidak bagi Anto. Reza sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri. “mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Reza kemudian berjalan mendekati mereka. Rina yang hendak berdiri ditahan oleh Anto, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina rina.


“Nikmati saja…” Reza kemudian mengangkangi Rina, penisnya berada tepat di mukanya. “Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Anto menghentakkan gerakannya. Saat Rina berteriak, saat itu pula penis Reza masuk. “Ahh…, nikmat..”, Rina merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Anto dengan puas menggarap vaginanya.

“uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Reza memegangi kepala Rina, agar semakin dalam saja mengisap penisnya. Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Anto keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Rina.

Setelah Anto mengeluarkan penisnya dari vagina Rina, “Berdiri menghadap tembok Bu!” Rina masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Anto keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani anto menetes ke lantai.

“mm…, Nto…, liat tuh punya kamu..”, seru Reza sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Rina. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Rina. “Nih Bu rasakan punya Reza juga ya”. Anto dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang Rina saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat.

Saat Rina merintih-rintih menikmati permainan mereka, Anto merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali. Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan. “ooww…”, Tubuh Rina yang disangga Reza menegang, kemudian lemas.

Anto menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Rina dan tembok. Dipindahkannya tangan Rina ke pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Reza. “Anto…”, Lagi-lagi Rina mendesah saat penis Anto masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari belakang.

“Ahh.. Dorongg.. dorongg.” “aa.. Aa… Aa”. “oohhkk…, kk…, kk..”, Rina berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat keras menekan pinggulnya. penis Anto amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Rina. Saat itu pula ia merasakan penis yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.

Malam itu merupakan malam yang liar bagi ketiga insan yang akan berpisah itu. Malam yang tidak bisa mereka lupakan untuk selamanya.


IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

Pelajar Ini Mulai Menyukaiku Karena Tiap Hari Kami Selalu Bersama - AsliCeritaDewasa

Pelajar Ini Mulai Menyukaiku Karena Tiap Hari Kami Selalu Bersama - AsliCeritaDewasa.



Aku tinggal di Cirebon tapi tempat kerjaku di dekat Indramayu yang berjarak sekitar 45 Km dan kutempuh dengan kendaraan kantor (nyupir sendiri) sekitar 1 jam. Bagi yang tahu daerah ini, pasti akan tahu jalan mana yang kutempuh. Setiap pagi kira-kira jam 06.30 aku sudah meninggalkan rumah melewati route jalan yang sama (cuma satu-satunya yang terdekat) untuk berangkat ke kantor.


Pagi hari di daerah ini, seperti biasa terlihat pemandangan anak-anak sekolah entah itu anak SD, SMP ataupun SMA, berjajar di beberapa tempat di sepanjang jalan yang kulalui sambil menunggu angkutan umum yang akan mereka naiki untuk ke sekolah mereka masing-masing. Karena angkutan umum sangat terbatas, biasanya mereka melambai-lambaikan tangannya dan mencoba menyetop kendaraan yang lewat untuk mendapatkan tumpangan.

Kadang-kadang ada juga kendaraan truk ataupun pick-up yang berhenti dan berbaik hati memberikan tumpangan, sedangkan kendaraan lainnya jarang mau berhenti, karena yang melambai-lambaikan tangannya berkelompok dan berjumlah puluhan. Suatu hari Senin di bulan Oktober 2015, aku keluar dari rumah agak terlambat yaitu jam 06.45 pagi.

Kuperhatikan anak-anak sekolah yang biasanya ramai di sepanjang jalan itu mulai agak sepi, mungkin mereka sudah mendapatkan kendaraan ke sekolahnya masing-masing. Saat perjalananku mencapai ujung desa Bedulan (tempat ini pasti dikenal oleh semua orang karena sering terjadi tawuran antar desa sampai saat ini), kulihat ada seorang anak sekolah perempuan yang melambai-lambaikan tangannya.

Setelah kulihat di belakangku tidak ada kendaraan lain, aku mengambil kesimpulan kalau anak sekolah itu berusaha mendapatkan tumpangan dariku dan karena dia seorang diri di sekitar situ maka segera kuhentikan kendaraanku serta kubuka kacanya sambil kutanyakan,

“Mau ke mana dik?”. Kulihat anak sekolah itu agak cemas dan segera menjawab pertanyaanku, “Pak boleh saya ikut sampai di SMA——– (edited by ceritadewasaigo.com )”, dari tadi kendaraan umum penuh terus dan saya takut terlambat?, dengan wajah yang penuh harap.

“Yaa…, OK lah.., naik cepat”, kataku. “Terima kasih paak”, katanya sambil membuka pintu mobilku. Jarak dari sini sampai di sekolahnya kira-kira 10 Km dan selama perjalanan kuselingi dengan pertanyaan-pertanyaan ringan, sehingga aku tahu kalau dia itu duduk di kelas 3 SMU di——dan bernama War (edited by ceritadewasaigo.com ).

Tinggi badannya kira-kira 155 cm, warna kulitnya bisa dibilang agak hitam bersih dan tidak cantik tapi manis dan menarik untuk dilihat, entah apanya yang menarik, mungkin karena matanya agak sayu. Tidak terlalu lama, kendaraanku sudah sampai di daerah——-dan War segera memberikan aba-aba. “Ooom…, sekolah saya ada di depan itu”, katanya sambil jarinya menunjuk satu arah di kanan jalan.

Kuhentikan kendaraanku di depan sekolahnya dan sambil menyalamiku War mengucapkan terima kasih. Sambil turun dari mobil, War masih sempat bertanya, “Oom…, besok pagi saya boleh ikut lagi.., nggak Oom, lumayan Oom…, bisa naik mobil bagus ke sekolah dan sekalian menghemat ongkos.., boleh yaa.. Oom?”.

Aku tidak segera menjawab pertanyaan itu, tapi kupandangi wajahnya, lalu kujawab, “Boleh boleh saja War ikut Oom, tapi jangan bergerombol ikutnya yaa”. “Enggak deh Oom, saya cuma sendiri saja kok selama ini”. Setiap pagi sewaktu aku mencapai desa itu, War sudah ada di pinggir jalan dan melambaikan tangannya untuk menghentikan mobilku.

Dalam setiap perjalanan dia makin lama makin banyak bercerita soal keluarganya, kehidupannya di desa, teman-teman sekolahnya dan dia juga sudah punya pacar di sekolahnya. Ketika kutanya apakah pacarnya tidak marah kalau setiap hari naik mobil orang, War bilang tidak apa-apa tapi tanpa ada penjelasan apapun, sepertinya dia enggan menceritakan lebih jauh soal pacarnya.


War juga cerita bahwa selama ini dia tidak pernah kemana-mana, kecuali pernah dua kali di ajak pacarnya piknik ke daerah wisata di Kuningan. Seminggu kemudian di hari Jum’at, waktu War akan naik di mobilku kulihat wajahnya sedih dan matanya bengkak seperti habis menangis dan War duduk tanpa banyak bicara.

Karena penasaran, kusapa dia, “War, habis nangis yaa…, kenapa..? coba War ceritakan.., siapa tahu Oom bisa membantu”. War tetap membisu dan sedikit gelisah. Lama dia diam saja dan aku juga tidak mau mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan, tetapi kemudian dia berkata,

“Oom, saya habis ribut dengan Bapak dan Ibu”, lalu dia diam lagi. “Kalau War percaya pada Oom, tolong coba ceritakan masalahnya apa, siapa tahu Oom bisa membantu”, kataku tetapi War saja tetap membisu. Ketika mobilku sudah mendekati sekolahnya, tiba-tiba War berkata, “Oom…, boleh nggak War minta waktu sedikit buat bicara di sini, mumpung masih belum sampai di sekolah”.

Mendengar permintaannya itu, segera saja kuhentikan mobilku di pinggir jalan dan kira-kira jaraknya masih 2 Km dari sekolahnya. “Ada apa War…?”, Kataku. War tetap diam dan sepertinya ada keraguan untuk memulai berbicara. “Ayoo…, lah War , jangan takut atau ragu…, ada apa sebenarnya”, tanyaku lagi.

“Begini…, Oom, kata War”, lalu dia menceritakan bahwa tadi malam dia minta uang kepada orang tuanya untuk membayar uang sekolahnya yang sudah tiga bulan belum dibayar dan hari ini adalah hari terakhir dia harus membayar, karena kalau tidak dia tidak boleh mengikuti ulangan. Orang tuanya ternyata tidak mempunyai uang sama sekali, padahal uang sekolah yang harus dibayar itu sebesar 80 ribu rupiah. Alasan orang tuanya karena panen padi yang diharapkan telah punah karena hujan yang terus menerus.

Dan katanya lagi orang tuanya menyuruh dia berhenti sekolah karena tidak mampu lagi untuk membayar uang sekolah dan mau dikimpoikan dengan tetangganya. Aku tetap diam untuk mendengarkan ceritanya sampai selesai dan karena War juga terus diam, lalu kutanya, “Teruskan ceritamu sampai selesai War”. Dia tidak segera menjawab tapi yang kulihat airmatanya terlihat menggenang dan sambil mengusap air matanya dia berkata,

“Oom, sebetulnya masih banyak yang ingin War ceritakan, tapi saya takut nanti Oom terlambat ke kantornya dan War juga harus ke sekolah, serta lanjutnya lagi…, kalau Oom ada waktu dan tidak keberatan, saya ingin pergi dengan Oom supaya saya bisa menceritakan semua masalah pribadi saya”. Setelah diam sejenak, lalu War berkata lagi,

“Oom, kalau ada dan tidak keberatan, saya mau pinjam uang Oom 80 ribu untuk membayar uang sekolah dan saya janji akan mengembalikan setelah saya dapat dari orang tua saya”. Mendengar cerita War walaupun belum seluruhnya, hatiku terasa tersayat dan segera kurogoh dompetku dan kuambilkan uang 200 ribu dan segera kuberikan padanya.


IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

“Lho Oom, kok banyak benar…, saya takut tidak dapat mengembalikannya”, katanya sambil menarik tangannya sebelum uang dari tanganku dipegangnya. “War.., ambillah…, nggak apa-apa kok, sisanya boleh kamu belikan buku-buku atau apa saja…, saya yakin War membutuhkannya”, dan segera kupegang tangannya sambil meletakkan uang itu ditangannya dan sambil kukatakan,

“War.., ini nggak usah kamu beritahukan kepada siapa-siapa, juga jangan kepada orang tuamu…, dan War nggak perlu mengembalikannya”. Belum selesai kata-kataku, tiba-tiba saja dari tempat duduknya dia maju dan mencium pipi kiriku sambil berkata, “Terima kasih banyak Oom.., Oom.. sudah banyak menolong saya”.

Aku jadi sangat terkesiap dan berdebar, bukan karena mendapat ciuman di pipiku, tapi karena tangan kiriku tersentuh buah dadanya yang terasa sangat empuk sehingga tidak terasa penisku menjadi tegang dan sementara War masih mencium pipiku, kugunakan tangan kananku untuk membelai rambutnya dan kucium hidungnya. “Ayoo…, War…, sudah lama kita di sini, nanti kamu terlambat sekolahnya”. War tidak menjawab tapi kulihat dikedua matanya masih tergenang air matanya.

Ketika sudah sampai di depan sekolahnya sambil membuka pintu mobil, War berkata, “Oom.., terima kasih yaa.. Ooom dan kapan Oom ada waktu untuk mendengar cerita War”. “Kalau besok gimana..?, kataku. “Boleh.., oom”, jawabnya cepat. “Lho…, besok kan masih hari Sabtu dan War kan harus sekolah”, jawabku.

“Sekali-kali mbolos kan nggak apa apa Oom…, hari Sabtu kan pelajarannya tidak begitu padat dan kurang penting”, kata War. “Oklah…, kalau begitu…, War, kita ketemu besok pagi ditempat biasa kamu menunggu”. Dalam perjalanan ke kantor setelah War turun, masalah War terasa mengganggu pikiranku sehingga tidak terasa aku sudah sampai di kantor.

Sebelum pulang kantor, aku izin untuk tidak masuk besok Sabtu pada Bossku dengan alasan akan mengurus persoalan keluarga di Kuningan. Demikian juga waktu malamnya kukatakan pada istriku kalau aku harus ke Jakarta untuk urusan kantor dan kalau selesainya telat terpaksa harus menginap dan pulang pada hari Minggu.

Besok paginya dengan berbekal 1 stel pakaian yang telah disiapkan oleh Istriku, aku berangkat dan sampai di tempat yang biasa, kulihat War tetap memakai baju seragam sekolahnya. Setelah dia naik ke mobil, kembali kulihat matanya tetap seperti habis menangis. Lalu kutanya, “War…, habis perang lagi yaa?, soal apa lagi?”.

“Oom, ceritanya nanti saja deh”, katanya agak malas. “Kita mau kemana Oom?”, Tanyanya. “Lho…, terserah War saja.., Oom sih ikut saja”. “Oom…, saya kepingin ke tempat yang agak sepi dan nggak ada orang lain…, jadi kalau-kalau War nangis, nggak ada yang melihatnya kecuali Oom”.

Sambil memutar mobilku kembali ke arah Cirebon, aku berpikir sejenak mau ke tempat mana yang sesuai dengan permintaan War, dan segera teringat kalau di pinggiran kota Cirebon yang ke arah Kuningan ada sebuah lapangan Golf dan Cottage CPN. Segera saja kukatakan padanya,


“War… Tempat yang sesuai dengan keinginanmu itu kayaknya agak susah, tapi…, bagaimana kalau kita ke CPN saja..?”. “Dimana itu Oom dan tempat apaan?”,tanya War. Aku jadi agak susah menjelaskannya, tapi kujawab saja, “Tempatnya sih nggak jauh yaitu sedikit di luar Cirebon dan…, begini saja deh.., War.., kita ke sana dulu dan kalau War kurang setuju dengan tempatnya, kita cari tempat lain lagi”.

Setelah sampai di tempat dan mendaftar di receptionist serta memesan minuman ringan serta mengambil kunci kamarnya, segera aku kembali ke mobil dan kutanyakan pada War–“gimana War.., kamu mau disini..?, lihat saja tempatnya sepi (maklum saja masih pagi-pagi. Receptionistnya saja seperti terheran-heran, sepertinya berfikir kok ada tamu pagi-pagi sekali dan nomor mobilnya bukan dari luar kota).

Setelah mobil kuparkir di depan kamar, sebelum turun kutanya dia kembali, “War…, gimana.., mau di sini? atau mau cari tempat lain?”. War tidak segera menjawab pertanyaanku, tapi dia ikut turun dari mobil dan mengikutiku ke arah pintu kamar motel. Segera setelah sampai di dalam, dia langsung duduk di tempat tidur sambil memperhatikan seluruh ruangan.

Karena kulihat dia tetap diam saja, aku jadi merasa tidak enak dan segera kudekati dia yang masih tetap duduk di pinggiran tempat tidur dan sambil agak berlutut, kucium keningnya beberapa saat dan tiba-tiba saja War memelukku dan terdengar tangisan lirih sambil terisak-isak.

Sambil masih memelukku, kuangkat berdiri dari duduknya dan kuelus-elus rambutnya, sambil kucium pipinya serta kukatakan, “War coba tenangkan dirimu dan ceritakan semua masalah mu pada Oom…, siapa tahu Oom bisa membantumu dalam memecahkan masalahmu itu”.

War masih saja memelukku tapi senggukan tangisnya mulai mereda. Beberapa saat kemudian kubimbing dia ke arah tempat tidur dan perlahan kutelentangkan War di tempat tidur dan kurangkulkan tangan kiriku di bahunya dan kupandangi wajahnya, sambil kukatakan, “War cobalah ceritakan masalahmu itu dan biar Oom bisa mengetahui permasalahanmu itu”.

War tetap diam saja dan memejamkan matanya, tapi tak lama kemudian, sambil menyeka air matanya dia membuka matanya dan memandang ke arahku yang jaraknya antara wajahnya dan wajahku sangat dekat sekali. “Oom…”, katanya seperti akan memulai bercerita, tapi lalu dia diam lagi. “War…”, kataku sambil kucium pipinya dan kuusap-usapkan jari tangan kananku di rambutnya, “cerita lah”.

Lalu War mulai bercerita dan dia menceritakan secara panjang lebar soal kehidupan keluarganya yang miskin, dia anak pertama dari 3 bersaudara, tentang pacarnya di sekolah tapi lain kelas yang sudah 2 tahun pacaran dan sekarang sudah meninggalkan dia karena mendapatkan pacar baru di kelasnya,

dan dia juga menceritakan kalau orang tuanya sudah menjodohkan dengan tetangganya yang sudah punya istri dan anak, tapi kaya dan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah War dan dia harus segera berhenti dari sekolahnya karena akan dikimpoikan pada bulan Maret akan datang.

War katanya kepingin sekolah dulu dan belum pingin kimpoi, apalagi kimpoi dengan orang yang sudah punya Istri dan anak. War punya keinginan mau lari dari rumahnya, tapi tidak tahu mau ke mana.

War juga menceritakan bahwa sebetulnya dia masih cinta kepada kawan sekolahnya itu, apalagi dia sudah telanjur pernah tidur bersama sewaktu piknik ke Kuningan dulu, walaupun katanya dia tidak yakin kalau punya pacarnya itu sudah masuk ke vaginanya apa belum, karena belum apa-apa sudah keluar katanya. “Jadi…, gimana.., Oom.., apa yang harus saya perbuat dengan masalah ini, katanya setelah menyelesaikan ceritanya.

“War”, kataku sambil kembali kuelus-elus rambutnya dan kucium pipinya di dekat bibirnya. “War…, masalahmu kok begitu rumit, terutama persoalan lamaran tetanggamu itu. Begini saja War…, sebaiknya kamu minta kepada orangtuamu untuk menunda perkimpoian itu sampai kamu selesai sekolah. Bilang saja…, kalau ujian SMA-mu hanya tinggal beberapa bulan lagi”.

“Katakan lagi…, sayang kalau biaya yang telah dikeluarkan selama hampir tiga tahun di SMA harus hilang percuma tanpa mendapatkan Ijasah. War…, sewaktu kamu mengatakan ini semua, jangan pakai emosi, katakan dengan lemah lembut, mudah-mudahan saja orang tuamu mau mengerti dan mengundurkan perjodohanmu dengan tetanggamu itu”.

“Kalau orang tuamu setuju, jadi kamu bisa konsentrasi untuk menyelesaikan sekolahmu dan yang lainnya bisa dipikirkan kemudian”. Setelah selesai memberikan saran ini, lalu kembali kucium pipinya seraya kutanya…, “War…, bagaimana pendapatmu dengan saran Oom ini?”.

Seraya saja War bangkit dari tidurnya dan memelukku erat-erat sambil menciumi pipiku dan berkata, “Ooom…, terima kasih.., atas saran Oom ini…, belum terpikir oleh saya sebelumnya hal ini…, Oom sangat baik terhadap War entah bagaimana caranya saya membalas kebaikan Oom”, dan terasa air matanya menetes di pipiku.

Setelah diam sesaat, kembali kurebahkan badan War telentang dan kulihat dari matanya yang tertutup itu sisa air matanya dan segera kucium kedua matanya dan sedikit demi sedikit cimanku kuturunkan ke hidungnya dan terus turun ke pipi kirinya, setelah itu kugeser ciumanku mendekati bibirnya.

Karena War masih tetap diam dan tidak menolak, keberanianku semakin bertambah dan secara perlahan-lahan kugeser ciumanku ke arah bibirnya, dan tiba-tiba saja War menerkam dan memelukku serta mencari bibirku dengan matanya yang masih tertutup.

Aku berciuman cukup lama dan sesekali lidahku kujulurkan ke dalam mulutnya dan War mengisapnya. Sambil tetap berciuman, kurebahkan badannya lagi dan tangan kananku segera kuletakkan tepat di atas buah dadanya yang terasa sangat kenyal dan sedikit kuremas.


IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

Jumat, 28 April 2017

Kubawa Cewe SMA Ini Untuk Ku Ajari Pengalaman Seksual - AsliCeritaDewasa

Kubawa Cewe SMA Ini Untuk Ku Ajari Pengalaman Seksual - AsliCeritaDewasa.



Karena tidak ada reaksi yang berlebihan serta War bukan saja mencium bibirku tapi seluruh wajahku, maka satu persatu kancing baju SMA-nya berhasil kulepas dan ketika kusingkap bajunya, tersembul dua bukit yang halus tertutup BH putih tipis dan ukurannya tidak terlalu besar.


Ketika kucoba membuka baju sekolahnya dari tangan kanannya, War kelihatannya tetap diam dan malah membantu dengan membengkokkan tangannya. Setelah berhasil melepas baju dari tangan kanannya, segera kucari kaitan BH-nya di belakang dan dengan mudah kutemukan serta kulepaskan kaitannya, sementara itu kami masih tetap berciuman, kadang dibibir dan sesekali di seluruh wajah bergantian.

BH-nya pun dengan mudah kulepas dari tangan kanannya dan ketika kusingkap BH-nya, tersembul buah dada War yang ukurannya tidak terlalu besar tapi menantang dan dengan puting susunya berwarna kecoklatan.

Dan dengan tidak sabar dan sambil meremas pelan payudara kanannya, kuturunkan wajahku menyelusuri leher dan terus ke bawah dan sesampainya di payudaranya, kujilati payudara War yang menantang itu dan sesekali kuhisap puting susunya, sementara War meremas-remas rambutku seraya terdengar suara lirih, “aahh…, aahh…, ooomm…, ssshh…, aahh”.

Aku paling tidak tahan kalau mendengar suara lirih seperti ini, serta merta penisku semakin tegang dan kugunakan kesempatan ini sambil tetap menjilati dan menghisap payudara War, kugunakan tangan kananku untuk menelusuri bagian bawah badan War Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah.

Sambil masih tetap menjilati payudara War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, “aahh…, ssshh…, ssshh…, aahh”.

Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War.

Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.

Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil,

“ssshh…, aahh…, ssshht…, ooom…, aahh”. Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.

Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan berkata,

“Jaa…, ngaan…, Ooom”, sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya. Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku.

Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri.

Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War, sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha War.

Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.

Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya,


terasa vagina War sangat basah dan kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga War sering berdesis,

“Ssshh…, ssshh…, aahh…, ssshh”, sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku. Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya,

“ssshh…, ssshh…, ooom…, aahh…, ssshh”, dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina War.

Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, “Aduuuhh…, ooomm…, Jangaannn…, sakiiittt…, Asiihh.., takuuut., Oom”. Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan,

“Tidak…, apa-apa…, sayaang…, Oom…, pelan-pelan saja…, kok”, untuk menenangkan ketakutan War. War tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku. Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku,

“Aduuuhh…, sakiiittt…, ooom…, Asihh.., takuuut”, padahal kurasakan kalau War mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan. Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, “Takut apa sayang..”. War tidak segera menjawab pertanyaanku itu.

Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi.

Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja. Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku.

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti menahan sakit. Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, “Bleeesss”, terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan,

“aahh…, sakiiit…, ooom Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, “aahh…, ssshh…, ssshh…, aahh”. Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War mengerang lirih seperti itu.

Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War.

Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.

Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, “ssshh…, aahh…, ssshht…, ooom…, aahh”. Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.

Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan berkata,

“Jaa…, ngaan…, Ooom”, sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya. Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku.

Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri. Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku,

lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War, sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha War.

Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.

Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya,


terasa vagina War sangat basah dan kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga War sering berdesis,

“Ssshh…, ssshh…, aahh…, ssshh”, sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku. Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya,

“ssshh…, ssshh…, ooom…, aahh…, ssshh”, dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina War.

Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, “Aduuuhh…, ooomm…, Jangaannn…, sakiiittt…, Asiihh.., takuuut., Oom”. Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan,

“Tidak…, apa-apa…, sayaang…, Oom…, pelan-pelan saja…, kok”, untuk menenangkan ketakutan War. War tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku. Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku,

“Aduuuhh…, sakiiittt…, ooom…, Asihh.., takuuut”, padahal kurasakan kalau War mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan. Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki,

“Takut apa sayang..”. War tidak segera menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi.

Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja. Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku.

Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti menahan sakit. Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, “Bleeesss”, terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan,

“aahh…, sakiiit…, ooom….”, kudengar suara War sambil seperti menahan rasa sakit dan berusaha menarik pantatku. Untuk sementara tidak kugerakkan pantatku dan setelah kulihat War mulai tenang dan kembali mau menciumi wajahku, lalu perlahan-lahan kutekan penisku yang sudah menembus vaginanya supaya masuk lebih dalam lagi “aahh…, oom…, pelan…, pelaan..”, kudengar War berkata lirih.

“Iyaa…, sayaang…, ooom pelah-pelan”, jawabku serta kubelai rambutnya. Setelah kudiamkan sebentar, lalu kugerakkan pantatku naik turun sangat pelan agar War tidak merasa kesakitan, dan ternyata berhasil, wajah War keperhatikan tidak tegang lagi sehingga pergerakan penisku keluar masuk vagina War sedikit kupercepat dan belum berapa lama terdengar suara War,

“ooom…, ooom…, aaduuuhh…, ooomm…, aahh”, sambil kedua tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat dan menciumi keseluruhan wajahku dengan sangat bernafsu dan badannya berkeringat, lalu War berteriak agak keras, “aahh…, ooomm…, aduuuhh..”, lalu War terkapar dan terdiam lemas dengan nafas terengah-engah. Rupanya Aku yakin kalau War sudah mencapai orgasmenya padahal nafsuku baru saja akan naik.

Karena kulihat War sepertinya sedang kelelahan dengan kedua matanya tertutup rapat, jadi timbul rasa kasihanku, lalu sambil kuseka keringat wajahnya kuciumi pipi dan bibirnya dengan lembut, tapi War tidak bereaksi dan tanpa kuduga di gigitnya bibirku yang sedang menciumnya seraya berkata lirih, “ooom…, nakal…, yaa, War baru sekali ini merasakan hal seperti tadi”, sambil mencubit punggungku.

Aku tidak menjawab komentarnya tapi yang kuperhatikan adalah nafasnya sudah mulai teratur dan secara perlahan-lahan aku mulai menggerakkan penisku lagi keluar masuk vagina War. Kuperhatikan War mulai terangsang lagi, War mulai menghisap bibirku dan mulai mencoba menggerakkan pantatnya pelan-pelan dan gerakannya ini membuat penisku seperti di pelintir keenakan.

Gerakan penisku keluar masuk semakin kupercepat dan demikian juga War mulai makin berani mempercepat gerakan putaran pantatnya, sambil sesekali kedua tangannya yang dipelukkan dipinggangku berusaha menekan sepertinya menyuruhku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya lebih dalam lagi dan kudengar War mulai bersuara lagi…,

“aahh…, aahh…, ooohh…, oomm…, aah”, dan tidak terasa akupun mulai berkicau, “aacchh…, aahh…, Siiihh…, enaakk…, teruuus…, Siiih”. Ketika nafsuku sudah mulai memuncak dan kudengar juga nafas War semakin cepat, dengan perlahan-lahan kupeluk badan War dan segera kubalik badannya sehingga sekarang War sudah berada di atasku dan kupelukkan kedua tanganku di pantatnya, sedangkan wajah War ditempelkan di wajahku.

Dengan sedikit makan tenaga, kucoba menggerakkan pantatku naik turun dan setiap kali pantatku naik, kugunakan kedua tanganku menekan pantat War ke bawah dan bisa kurasakan kalau penisku masuk lebih dalam di vagina War, sehingga setiap kali kudengar suaranya sedikit keras,

“aahh…, oooh”. Dan mungkin karena keenakan, sekarang gerakan War malah lebih berani dengan menggerakkan pantatnya naik turun sehingga kedua tanganku tidak perlu menekannya lagi dan setiap kali pantatnya menekan ke bawah sehingga penisku serasa masuk semuanya di vagina War, kudengar dia bersuara keenakan, “Aahh…, aah disertai nafasnya yang semakin cepat, demikian juga aku sambil berusaha menahan agar maniku tidak segera keluar.

Gerakan War semakin cepat saja dan kurasakan wajahnya semakin ditekankan ke wajahku sehingga kudengar nafasnya yang sangat cepat itu di dekat telingaku dan, “Aduuuh…, aahh…, aahh…, ooomm.., War…, mauuu.., keluaar…, aah”. “Tungguuu…, Waarrr.., kitaa…, samaa…, samaa., ooom.., Jugaa.., mauuu…, keluarr”. “aahh…, aahh…, ooomm”, teriak War sambil mengerakkan pantatnya menggila dan akupun karena sudah tidak tahan menahan maniku dari tadi segera kegerakkan pantatku lebih cepat dan,

“Crreeettt…, ccrreeett…, ccccrrreeett…, dan “aahh…, siiihh…, ooom keluaar”, sambil kutekan pantat War kuat-kuat. Setelah beristirahat sebentar, kuajak War ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan War kembali menjatuhkan badannya di tempat tidur, mungkin masih merasakan kelelahan.

Tak terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 12 siang dan segera saja kupesan makan siang.


IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

Kamis, 27 April 2017

Ini Tidak Akan Terjadi Kalau Aku Tidak Pergoki Kakak Kelasku - AsliCeritaDewasa

Ini Tidak Akan Terjadi Kalau Aku Tidak Pergoki Kakak Kelasku - AsliCeritaDewasa.



Namaku Virga, tanyakan keseluruh sekolah, pasti mereka tahu siapa Virga itu. Seorang anak pemalas dan badung yg jarang sekali masuk sekolah dan sekalinya masuk selalu buat masalah. Sudah beberapa kali aku dikeluarkan dari sekolah, sehingga aku sering pindah – pindah sekolah.


Semua itu aku lakukan hanya untuk pelampiasan dari masalahku dengan keluarga, ya aku lahir ditengah – tengah keluar yg penuh dengan masalah dan kekerasan, sehingga aku tumbuh menjadi remaja yg tak tahu aturan. Meskipun aku bergelimang harta, tapi itu tidak ada artinya, tidak segalanya bisa diraih dengan uang.

Lagi, aku dikeluarkan dari sekolahku yg ke3. Untungnya aku ga harus mengulang lagi dari kelas satu, disekolah baruku ini, aku melanjutkan pendidikanku dari kelas dua SMA. Sekolahku kali ini adalah sekolah swasta, ya sekolah negri mana yg mau dengan seorang pelajar dengan “sejarah” sepertiku.

Sekolah baruku ini bisa dibilang sekolah swasta elite, ga perlu pintar, yg penting ada uang bisa masuk. Segala fasilitas lengkap, ditambah banyak siswi – siswi cantik yg bisa membuatku menelan ludah.

Aku pun mulai bersekolah, satu demi satu bisa kudapatkan teman baru. Semua tampak normal sampai pada suatu hari dimana ada suatu hal yg membuatku semangat untuk terus masuk sekolah. Sebuah hal yg merubah hidupku, entah itu lebih baik bagiku, atau malah memperburuk keadaanku. Begini ceritanya..

Jam sudah menunjukan pukul 16.30, aku segera merapikan segala peralatan sekolah. Huff, hari ini adalah jadwal eskul computerku, minimal aku baru bisa sampai dirumah pukul 17.30, ya apa boleh buat. Sekolahku mewajibkan muridnya untuk memilih satu eskul, aku memilih computer karena menurutku hanya eskul itu yg tidak begitu memusingkan dan menyita banyak waktuku.

Singkatnya, sepulang eskul aku segera menuju tempat parkir motor. Hanya ada beberapa sepeda motor lagi yg tersisa, aku berjalan kearah motorku diparkir. Aku rogoh sakuku dan kucari kunci motorku, tetapi kunciku tidak ada. Aku panik dan segera mencari – cari kedalam tas namun kunci itu tidak bisa juga aku temukan. Aku memutuskan untuk kembali keruang komputer untuk memeriksa barang kali kunciku tertinggal disana.

Ku periksa seluruh ruangan komputer yg sudah sepi, hanya ada guru eskulku yg sedang sibuk mengerjakan tugasnya yg menumpuk. Guru komputer yg aku maksud adalah seorang guru baru, dia bekerja menjadi seorang guru honorer disini. Namanya ada Rika, usianya masih muda, mungkin sekitar umur 24 – 25 tahun. Dan yg paling penting adalah wajah Bu Rika yg cantik dan kulitnya yg mulus, kadang – kadang membuatku kehilangan konsentrasiku.

“Aduh, Bu liat kunci motor saya ga??” tanyaku kepada Bu Rika
“Lah, emang kamu tari mana Ga?” tanyanya balik
“Kalau aku tau ya bu, ngapain aku daritadi muter2 disini..” jawabku
“Halah2, yaudah cari lagi, ibu ga liat” kata Bu Rika

Kubungkukan badanku, mencoba mencari disela – sela bagian bawah meja komputer. Huff, sudah lama aku cari tapi ga ktemu juga, tiba – tiba mataku tertuju pada sebuah pemandangan lain. Dari balik meja kerja Bu Rika, ada sebuah pemandangan indah yg membuat mataku melotot lebar. Kulihat jelas celana dalam Bu Rika yg berwarna hitam dari balik rok guru berwarna birunya, “OMG! hitam bro!!! ” ucapku dalam hati

Aku terus pura – pura mencari, sambil sesekali kulirik celana dalam Bu Rika. Tiba – tiba aku dikagetkan oleh suara Bu Rika yg memanggilku.

“Ketemu Ga?” tanyanya
“Ehh..ga ktemu bu, aduh aku pulang gmn ini!!” kesalku
“Bukan disini kali, coba periksa diatas, dikelas kamu” saran Bu Rika
“Eh? Iya juga kali ya, coba aku kesana deh…” jawabku sambil lalu

Aku segera naik menuju kelasku dilantai tiga, matahari yg mulai terbenam membuat suasana sekolah menjadi mengerikan. Apalagi melihat ruangan kelas yg kosong, aku langsung membayangkan bagaimana keadaan sekolah saat malam.

Aku buka pintu kelasku dan masuk kedalam, kucari kunci motorku dibawah mejaku, tetapi gak ada!! Aku terduduk lemas diatas meja, bingung harus ngapain lagi. Tiba – tiba kudengar suara aneh dari kelas sebelah, kelas paling akhir, sebelah kiri dari kelasku. Kutempelkan telinggaku ditembok antara kelasku dan kelas asal suara itu. Awalnya tidak begitu jelas, tapi lama – lama aku kaget dengan suara yg aku dengar itu.

“Aaaaahhh..eeennnggg….aaaahh hh…aaaahhhh” suara desahan wanita
“Aaahhh, memek km enak banget sayang…” balas suara pria

Astaga!! Aku langsung mengusap – usap wajahku, apa aku bermimpi? atau ini hanya halusinasi?? Tapi suara itu masih jelas terdengar dari kelas sebelah. Aku malah menjadi takut, jangan – jangan itu suara demit, atau kuntilanak?? Aku gelisah, tapi rasa penasaranku membunuh rasa takutku, dengan perlahan aku melangkah keluar menuju kekelas asal suara tadi.

Dari balik celan pintu aku bisa melihat, astaga…

dua orang murid sedang ML di kelas!!

Jantungku langsung berdetak kencang, aku masih belum percaya dengan apa yg aku lihat. Aku dekatkan lagi wajahku, ternyata benar mereka itu murid anak kelas tiga, dan yg membuat aku lebih kaget lagi. Cewenya itu adalah Gemi, kakak kelasku yg terkenal dengan kecantikan wajahnya dan bodinya yg aduhai.

Gemi hanya memakai seragam atasnya, sedangkan bagian bawahnya telanjang. Pantat Gemi yg montok sedang disodok oleh penis Aldo yg juga kakak kelasku. Mereka memang berpacaran, tapi aku ga tau kalau mereka berani mesum dikelas!!

Aku semakin terbawa suasana, mendengar desahan Gemi dan gerakan erotis dari Gemi yg terlihat begitu menikmati pelayanan dari Aldo. Kurasakan penisku mulai bereaksi, aku pun semakin menempelkan wajahku di celah pintu. Saking seriusnya, tak sengaja kudorong pintu kelas, badanku pun tertarik maju, pintu kelas terbuka lebar, aku terguling masuk kekelas.

“kkkkyyyyyaaaaa….” jerik Gemi
“adduhhh…” kuusap kepalaku yg terasa sakit


Gemi dan Aldo langsung menatapku dengan tampang panik. Lalu gemi segera menutupi memeknya dengan kedua tangannya, sementara Aldo dengan wajah marah langsung menghampiriku, ditariknya kerah bajuku.

“Eh Anjing!! Anak kelas berapa lw brani ngintip2??” bentak Aldo emosi
“weiiisss, sante lw…” sambil kutepis tangan Aldo
“brani lw ya?? mau mampus?” bentak Aldo yg masih 1/2 bugil
“slow..slow..” jawabku bersikap tenang
“slow?? sampe lw kasih tau tentang ini ke orang, lw gw jamin jd mayat” gertak Aldo
“yakin lw mau lawan gw?” tantangku, aku sudah biasa berkelahi, ga akan ciut nyaliku cuma karena gertakan dari Aldo

“eh bangsat lw ya..” teriak Aldo sambil bersiap memukulku
“ALDO!!” teriak Gemi yg telah memakai roknya lagi sambil berlari
“lw tunggu situ aja Gem!” bentak Aldo ke Gemi
“Do, udah biarin, klo kita giniin malah dia macem2” ucap Gemi
“nah, tuh cewe lw pinter…” jawabku
“eh anjing emang lw ya…” Aldo yg semakin emosi

“eh Do, gw ga akan bilang2 tenang aja, asal lw jg mau enak ke gw, ga usah emosi gitu lah, biarpun lw kakak kelas gw, umur lw sama ma gw, ga usah sok galak gitu. Lw lanjutin deh kegiatan lw tu sama cewe lw, gw ga akan ganggu…” ungkapku

“cuih…” eluh Aldo sambil menurunkan tangannya dan coba menenangkan diri
“udah lw pergi sana..” usir Aldo
“eeiitsss tunggu bro, gw ga mau gratisan…” jawabku licik
“anjing emang ya, mau apa lw? duit?” sambil Aldo merogoh saku bajunya
“ga butuh duit gw, gw ga minta macem2..” jawabku
“mau lw apa?” tanya Aldo
“haha, gw cm mo liat lw lg ML sama cewe lw, gampang kan?” jawabku

Aldo dan Gemi langsung bertatapan. Sementara aku berdiri diam menunggu jawaban dari mereka.

“Gimana?? gw ga ganggu, ga megang, cm liat doank, slow” tanya gw
“Udah Do, gpp, lagian aku nanggung nih…” ungkap Gemi
“Ok, tapi jgn megang2 lw ya…” jawab Aldo setuju

Dengan santai aku berjalan, kuambil sebuah kursi ditengah, lalu kududuk menunggu aksi mereka. Aldo dan Gemi kembali berjalan ketempat mereka tadi, Gemi terlihat sedikit malu, tapi aku yakin dia pasti ketakutan.

Aldo langsung mencumbu Gemi, melahap habis bibir sexy Gemi. Aku cengar – cengir melihat tingkah mereka berdua. Tangan Aldo bergerak liar meremas toket Gemi yg kental, sementara tangan Gemi sibuk mengelus – elus penis Aldo yg perlahan mulai konak. Desahan kecil mulai terdengar dari mulut Gemi dan tangan Gemi semakin cepat mengelus dan mengocok penis Aldo.

Aldo segera membalikan tubuh Gemi, tangan Gemi bertumbu pada meja dan pantatnya menungging siap untuk serangan dari Aldo. Aldo segera memasukan penisnya, Gemi meringgis menahan sodokan dari Aldo kememeknya.

“aaahhh..aahhh..terus Do…” desah Gemi liar
“eeehhh…” desah Aldo yg menikmati memek Gemi
“eeemm…eeehhh…eeemmmm. ..” desah Gemi semakin menjadi

Tubuhku berasa panas melihat sex show live mereka didepanku, Gemi terlihat begitu cantik dengan seragam SMA dan memeknya yg sedang disodok. Matahari makin tenggelam, menyisakan cahaya – cahaya tipis yg menyinari tubuh Gemi dan Aldo yg sedang mesum. Hhhmmm, nice banget!! Pantat Gemi jadi terlihat mengkilap karena pantulan dari cahaya matahari dan keringat.

Aldo makin mempercepat gerakannya, Gemi tak kuasa menahan itu, disenderkan wajahnya diatas meja, desahnya terus mengiringi sodokan demi sodokan dari Aldo. Ditambah desahan indah dari Gemi yg membuat aku semakin merinding. Tiba – tiba kudengar desahan Gemi semakin memburu, begitu juga dengan Aldo.

“aaahhh…aaahhh…yyyaannkkk. ..mo keluuuaarr…eemmm” desah Gemi
“iiiiyyyaaa yankk..eeeggghhh…” jawab Aldo
“aaahhh…eeennngg…yyyaankkk …kellluuuaarrr yyyaankkk…aaahhhh…”
“eeeeggghhhh…aaahhhh..aaahhh h…” desah Aldo

Mata Gemi dan Aldo terpejam menahan nikmatnya climax mereka. Astaga aku semakin tak sanggup, ingin sekali aku bergabung dengan mereka. Aldo segera membalikan tubuh Gemi, menaikannya keatas meja, dan membiarkan Gemi terlentang dengan selangkangan terbuka. Sementara Aldo duduk dimeja sampingnya mencoba mengumpulkan tenaga untuk ronde berikutnya. Tiba – tiba jantung kami serasa mau copot karena kaget…

“ASTAGA!!! KALLIIIAANNN!!!” teriak Bu Rika dari pintu kelas


IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

Aku, Aldo, dan Gemi langsung panik dan diam. Melihat ibu Gemi dengan wajah marah bercampur kaget.

“KALIAN GILA!! IBU AKAN LAPORKAN KALIAN!!” marah Bu Rika sambil lalu
“Bu tunggu!!!” teriaku

Aku dan Aldo saling berpandangan. Bu Rika telah membalik tubuhnya dan siap untuk pergi dari kelas, “GW BISA MAMPUS!!” ucap gw dalam hati

“Do, Kejar!! Mampus Kita!!” teriak gw ke Aldo sambil berlari kearah Bu Rika
“Anjinggg laaahhhh…” umpat Aldo sambil lari mengikutiku
“….” sedangkan Gemi terdiam takut

Kutarik tangan Bu Rika, dia mencoba melawan, mulutnya terbuat bersiap tuk berteriak. Tapi, tangan Aldo langsung menutup mulutnya dan membantuku menarik Bu Rika kedalam kelas. Kudekap tubuh Bu Rika, Aldo masih menutup mulut Bu Rika dengan tangannya.

“JANGAN BERANI2 LW!!!” bentak Aldo ke Bu Rika
“eemm..eemmm…” Bu Rika coba bersuara
“Gimana nih Do???” tanya gw ke Aldo
“Gw juga ga tau!!” jawab Aldo panik

Bu Rika dalam dekapan eratku, bisa kucium harum tubuh dan rambutnya. Membuatku kepalaku pening, sensasi yg luar biasa, andrenalinku benar – benar mengalir. Setelah melihat aksi gila Gemi dan Aldo, sekarang aku harus berhadapan dengan Bu Rika.

Tak sadar tanganku menyentuh toket Bu Rika yg empuk, itu membuatku semakin tak tahan dengan semua ini. Perlahan aku mulai meremas toket Bu Rika, dia coba memberontak tapi apa daya seorang wanita dalam dekapan tubuh besarku. Aldo mengerti maksudku, dia tersenyum licik.

Aku semakin brutal meremas toket Bu Rika, sementara kugesekan penisku yg konak terbungkus celana SMA kepantat Bu Rika yg montok. Aldo memanggil Gemi untuk mendekat, Gemi berjalan setengah bugil dan takut – takut kearah Aldo.

Aldo langsung memeluk Gemi dengan satu tangannya, mereka langsung berciuman mesra didepan Bu Rika. Bu Rika mulai panik, dikerahkan seluruh tenaganya untuk mencoba menghalauku. Lagi – lagi, semua itu sia – sia.

Kutarik tubuh Bu Rika terduduk dilantai. Aldo pun melepas tangannya dari mulut Bu Rika, namun belum sempat Bu Rika berteriak, segera kusumpal mulutnya dengan tanganku. Aldo dan Gemi mulai beraksi, Aldo menjilati seluruh leher Gemi, dan Gemi sibuk mengelus penis Aldo. Mereka melakukan itu tepat didepan Bu Rika, membuat Bu Rika terpaksa menyaksikannya sambil terus kuremas toketnya. Kusenderkan tubuhku dimeja, kujepit paha Bu Rika dengan kedua kakiku.

Aldo membisikan Gemi sesuatu, setelah itu Gemi langsung maju kearahku, bertumpu pada meja dibelakangku Gemi segera mengambil posisi menungging. Memek Gemi yg basah tepat berada diatas wajah Bu Rika, aku segera menurunkan tanganku dari mulut Bu Rika kelehernya dan segera mendongakkan wajah Bu Rika, memaksanya tuk melihat memek Gemi, sambil kubisikan “berani teriak, aku cekek ibu sampai mati” ancamku…

Bu Rika pun menurut, dia terdiam dan menutup matanya. Kembali aku membisikan ditelinganya “kalau lw merem, gw cekek juga, lw harus liat” sambil kupererat cengkraman tanganku. “iiyy..aa..” ucap Bu Rika terbata..

Aldo segera maju dan langsung menancapkan penisnya kedalam memek Gemi disaksikan oleh aku dan Bu Rika yg gemetaran. Sementara Aldo dan Gemi sedang asik menikmati moment mereka, aq mulai berani membuka kancing baju seragam guru biru khas sekolahku.

Satu demi satu, kancing ketiga terbuka, terlihat bra Bu Rika yg ternyata juga hitam dengan renda – renda. Astaga, toket Bu Rika tak kalah seksinya dengan toket Gemi yg berayun – ayun diatasku. Segera kuselipkan tanganku diantara bra dan toket Bu Rika, begitu hanya dan empuk.

Aku bisa merasakan detak jantung Bu Rika yg tidak beraturan karena takut. Aldo dan Gemi asik dengan moment mreka, suara desahan Gemi dan Aldo. Serta suara becek dari memek Gemi yg membuat aku dan Bu Rika merinding. Tiba – tiba Gemi mendesah hebat..

“aaaahhh…aaayyyaaaannkkkkk.. ..eeennnggghhhh…” tanda Gemi orgams

Tubuh Gemi bergetar, disandarkan wajahnya keatas meja yg membuat toketnya menyentuh kepalaku, dan dari memek Gemi keluar cairan bening. Cairan itu terus keluar dan akhirnya jatuh menetes dimuka Bu Rika. Bu Rika bergetar, ditutupnya matanya, tubuh Bu Rika gelisah.

Lendir dari memek Gemi terus mengalir turun, melewati hidung lalu menuju kearah mulut Bu Rika, Bu Rika menutup mulutnya rapat – rapat mencoba menahan lendir itu agar tidak masuk kemulutnya. Aku yg menyaksikan itu segera memperkuat cengkramanku dan berkata “buka mulut lw bu!!” ancam gw

Dengan terpaksa dan takut, Bu Rika membuka mulutnya. Lendir itu pun masuk kedalam mulut Bu Rika. Terlihat expresi jijik diwajah Bu Rika, ingin segera dia menutup mulutnya, tapi lagi – lagi aku ancam dia dengan cekikanku. Melihat expresi itu, aku semakin tidak tahan, dengan brutal kutarik bra Bu Rika.

“kkkkkrrreeeekkkkkkkk….” terdengar suara kain yg robet. Bra hitam Bu Rika putus karena tarikanku, “aaahhhhh…” jerit Bu Rika menahan sakit. Dua buah kenikmatan terlihat, begitu matang dan siap disantap. Puting Bu Rika yg berwarna merah muda, begitu serasi dengan toketnya yg mulus dan putih.

Aldo yg sedang asik melahap memek Gemi pun tertawa melihat tingkahku, melihat toket gurunya yg terpajang menantang membuat Aldo semakin semangat, dipercepatnya gerakan penisnya dimemek Gemi. Toket Gemi terus menampar – nampar ubun – ubunku, membuat aku dalam posisi yg sangat menguntungkan. Desahan Gemi semakin terdengar merdu, membuat libidoku sampai pada titik tertingginya.

Kucubit dengan kasar pentil Bu Rika, “eeeennggggg…” desah Bu Rika menahan sakit bercampur nikmat. Segera kupilin – pilin pentilnya, membuat napas Bu Rika terengah – engah. Kutekan toketnya dengan tanganku, membuat pentilnya terjepit diantara toketnya dan tanganku.


Segera kuputar – putar, tubuh Bu Rika bergetar hebat. Melihat expresi itu segera kulepas cengkramanku, Bu Rika mengambil napas lega. Tak lama setelah itu, kusambar bibir Bu Rika, kupaksa masuk lidahku, dan lidahku pun beradu dengan mantab didalam mulut Bu Rika yg lembab. Bu Rika mencoba menolak dengan mendorong lidahku keluar, tapi itu usaha sia – sia, malah membuat liurnya keluar dan membasahi leherku, membuatku semakin bersemangat.

Kami semakin menikmati kegiatan masing – masing, Gemi dengan Aldo, dan Aku dengan guru eskulku, Bu Rika. Terus dan terus aku habisi Bu Rika, membuat Bu Rika tak mungkin dapat meresistnya, tanganya yg tadi tergeltak kakupun tiba – tiba langsung memegang pundakku dengan takut. Tiba – tiba…

“eeehhh…gwww mooo kellluuarr…aaggghhh…” Aldo bersuara
“Do..Do..sini Do sini!!” ungkap aku semangat sambil melepas ciumanku dari mulut Bu Rika dan menyodorkan wajahnya kearah penis Aldo.

Dan langsung dengan semangat Aldo memuncratkan seluruh spermanya kearah muka Bu Rika, Bu Rika kaget dengan semua itu, matanya tepejam takut, dan mulutnya terkunci rapat. Melihat itu, tanganku usil menarik pentilnya, membuat mulut Bu Rika mengaduh “aaawwww…” dan mulutnya terbuka membuat sperma Aldo masuk dalam mulutnya.

Aldo menarik Gemi, membatunya tidur dilantai. Aku menarik Bu Rika, memaksanya tertidur dilantai juga. Sambil kuremas toketnya, kubuka satu persatu kancing bajunya, kini Bu Rika topless. Gemi terbujur puas dilantai dengan setengah telanjang dan memeknya yg basah. Aldo berjalan menuju saklar lampu, dinyalakannya lampu kelas karena memang matahari sudah full terbenam. Aku sibuk menelanjangi Bu Rika yg sudah lemas pasrah tak berani membuka matanya.

Aku bangun, melepas seluruh pakaianku, Aldo datang menghampiriku dan melepas bajunya. Kami berdiri bugil menghadap Bu Rika yg juga bugil dibawah kami, kuelus paha Bu Rika dengan kakiku sambil aku berkata “Bu..Buka mata lw…”

Dengan perlahan Bu Rika membuka matanya, dia melotot melihat penis aku dan Aldo.

“masi kuat do??” tanyaku
“dikit..bisalah ngebantai bu guru” tawa Aldo
“yuk ah, abisin do!!” semangatku
“btw, nama lw sapa…” tanya Aldo
“call me Virga..” sambing memasang wajah licik

Aldo langsung berjongkok melahap bibir Bu Rika. Sedangkan aku segera membuka selangkangan Bu Rika. Terlihat jelas memeknya yg tertutup jembut yg tercukur begitu rapih, membuatku semakin tidak sabar untuk menikmatinya.

Tidak perlu pemanasan lagi karena aku sudah kepanasan dengan aksi – aksi kami tadi. Segera kutancapkan penisku dimemek Bu Rika yg basah dan ternyata sudah tidak perawan lagi. Sialan ni guru, ternyata perek juga. Bu Rika mencoba mendesah tapi tidak bisa karena mulutnya sedang dilahap oleh Aldo.

Tubuh Bu Rika bergetar hebat mencoba melawan nafsu bejatku dan Aldo. Memek Bu Rika masih terasa nikmat meskipun sudah tidak perawan lagi, dinding memeknya masih terasa menjepit penisku. Aldo bosan dengan aktifitasnya, segeras dia berlutut lalu ditampar – tamparkan penisnya dimulut Bu Rika.

Bu Rika munafik menolak penis itu, pada akhirnya dia membuka mulutnya dan melahapnya. Dengan penisku yg menancap di memeknya dan penis Aldo yg memenuhi mulutnya, aku jamin Bu Rika ga akan berani untuk menolak lagi.

Eeerrgghhhh, kurasakan penisku makin mengeras, ya sebentar lagi aku orgams. Kutekan semakin dalam penisku kememek Bu Rika. Dan…

“eeeennnggggghhhhhhhh……… ” kulepaskan miliyaran spermaku kedalam memek Rika

Bu Rika mengeliat lalu tubuhnya bergetar, ternyata dia juga orgams. Aldo melepas penisnya dari mulut Bu Rika, begitu juga aku yg mencabut penisku dari memeknya.

“Do..pernah anal ga??” tanya gw
“wah wah, belom sih, tapi boleh tuh!!” sambil menuju kearahku
“hah?? jgn please, ibu minta jgn….” kaget Bu Rika ketakutan
“lw ga berhak ngelarang….” kasar jawabku

Aku tidur terlentang, Aldo tanpa aku suruh langsung membantu Bu Rika bangun, meletakan tubuh Bu Rika diatas tubuhku, tanganku bergerak membantu penisku masuk kedalam memek Bu Rika yg becek. Dan eeeemmmmm…..oooohhhh…penis ku kembali masuk menembus memek Bu Rika. Sementara Aldo mengambil posisi, bersiap – siap menancapkan penisnya di dubur Bu Rika. Aldo membuka pantat Bu Rika, Bu Rika coba melawan tapi dalam pengaruh penisku, dia tidak dapat banyak bergerak.

“Bu…jangan lupain kami….kasih kami nilai 10 ya!! wahahahaha” canda Aldo

Dannnn….

“aaaaaaaahhhhhhhh….aaaaaahhh hhh….eeeennnnnngggmmmm…..” suara Bu Rika saat penis Aldo masuk menembus duburnya yg perawan.

Aku dan Aldo membantai habis Bu Rika, membuat Bu Rika benar – benar merasakan surga dunia. Tiba – tiba Gemi ada diatas kepalaku, tanpa basa – basi dilahapnya bibir Bu Rika. Astaga!! Ini apa namanya??? Threesome?? Jelas BUKAN!!! INI QUADSOME!!!

Bu Rika tidak dapat lagi bergerak, seluruh spot sensitive-nya sudah dilahap habis oleh kami bertiga. Hanya ada desahan – desahan kecil dan hembusan napas Bu Rika yg semakin memburu. Tiba – tiba Gemi bangkit, disodorkan memeknya yg telah basah kearah mulut Bu Rika, Bu Rika berusaha menolak dan jijik. Tapi dalam kondisinya sekarang, dia tidak akan sanggup menahan itu, dengan malu – malu Bu Rika menjilati memek Gemi dengan perlahan, “eeeemmmm….” desah Gemi sambil memainkan toketnya sendiri dengan kedua tanganya.

Aldo memajukan tubuhnya, membuat penisnya yg tertancap dipantan Bu Rika makin dalam. Gemi pun melakukan hal yg sama, Aldo dan Gemi pun saling melahap bibir diatas tubuh Bu Rika yg bugil. Kami semua serasa menjadi satu, penisku dimemek Bu Rika, penis Aldo dipantat Bu Rika, memek Gemi yg sedang dijilati Bu Rika, dan ciuman mesra Gemi dengan Aldo.

Aku merasa ini seperti mimpi, bisa menancapkan penisku yg lapar kedalam memek guruku sendiri dan melihat memek kakak kelasku yg cantik diatas kepalaku. Tanganku pun bergerak, aku remas kedua toket Bu Rika yg mulai mengeras dan pentilnya yg semakin mancung. Bu Rika mendesah makin hebat sambil terus dia jilatin memek Gemi dengan mantab. Tak lama setelah itu…

“aaaahhhh……aaaaaahhhhhhh.. .eeeemmmmmm….” Bu Rika segera melepas jilatannya dari memek Gemi, ya Bu Rika ORGAMS!!!

Kurasakan penisku tertekan makin kuat didalam memek Bu Rika, tak lama setelah itu cairan hangat membasahi penisku, membuat seluruh tubuhku merinding. Dan sekarang giliranku, karena orgams Bu Rika, penisku jadi terpancing.

Seluruh urat ditubuhku serasa tertarik, darahku berkumpul diujung penisku yg memerah, dan…..”DAMMMNNN IIITTT!!! Aaaaarrrggghhhh…eeennnggggg. …” orgams-ku sambil kuremas kencang toket Bu Rika yg membuat tubuhnya ikut bergetar hebat.

Aku tersenyum puas, kutumpahkan seluruh spermaku kedalam memek guru eskul computerku, dalam posisi Bu Rika yg diatasku membuat spermaku perlahan keluar dari memek Bu Rika bercampur dengan cairan kenikmatan Bu Rika lalu menetes jatuh ke lantai kelas. Kupejamkan mataku, mencoba menikmati moment yg begitu indah itu. Tiba – tiba lagi aku mencium bau yg begitu menggoda, kubuka mataku dan….

Gemi yg mulai lelah dengan posisinya, menindih wajahku dengan memeknya yg sudah basah dengan cairan kenikmatannya dan liur Bu Rika. Memek Gemi tepat menghantam mulutku, membuatku dapat merasakan sensasi dari memek Gemi dan aroma memek Gemi yg begitu wangi.

Tanpa diperintah, lidahku otomatis bergerak, menjilat seluruh memek Gemi. Perlahan kujilati dinding luar memeknya, dan mulai masuk kedalamnya, sambil aku mampir ke klitorisnya yg hangat dan menjilatinya dengan nikmat.

Kurasakan tubuh Gemi bergetar, Aldo yg melihatku menjilati memek kekasihnya tampak tidak peduli, dia masih asik berciuman dengan Gemi sambil terus memutar – mutar penisnya di memek Bu Rika. Bu Rika yg melihatku menjilati memek Gemi tidak mau ketinggalan,

dia juga segera menjilati memek Gemi, sesekali lidahnya bersentuhan dengan lidahku, membuat sensasi yg begitu luar biasa. Penisku terdiam menancap didalam memek Bu Rika, tapi dengan goyang penis Aldo dipantat Bu Rika, itu membuat penisku berayun didalam memek Bu Rika yg nikmat.

Beberapa menit kami terus menikmati posisi ini lalu…

“aaaahhhhhh….dddooo…kkkeee lllluuuuaarrrrr….” desah Gemi
“aakkuu juuggaa..eerrrggghhhh…” balas Adlo

Dan hebatnya, aku pun merasakan sensasi orgams lagi

“aaarrgghh…annjjrriiittt…e eennngggg…” desahku bersiap memuncratkan spermaku
“uuuufff…aaahhh…aaahhhh… .” diikuti Bu Rika dengan muka kecutnya

AAAAAAAAAAHHHHHHHHH… kami berempat serentak berteriak bersama, tak dapat lagi menahan orgams kami. Tubuh kami berempat bergetar hebat!!!

Kurasakan cairan kenikmatan Gemi mengalir kemulutku, jepitan memek Bu Rika yg semakin menjadi dan spermaku yg kembali menyembur menembus memek Bu Rika. Sedangkan Aldo, memuntahkan seluruh spermanya kedalam dubur Bu Rika.

Kami berempat tertidur puas dilantai, kecuali Bu Rika yg masih diatas tubuhku. Kupeluk tubuh Bu Rika yg penuh keringat, kuciumi tubuhnya, dan kami tertidur saking lelahnya.


IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia